Tiga Misi Besar Pep Guardiola di Final Liga Champions

Pep Guardiola Manchester City (Foto: BBC.com)
Pep Guardiola Manchester City (Foto: BBC.com)

Inggris – Liga Champions Eropa kini akan memasuki puncaknya pada Sabtu esok atau Minggu dini hari waktu Indonesia. Dua tim asal Inggris kini telah menjadi kandidat kuat untuk mengangkat trofi si kuping besar di akhir laga nanti yaitu Manchester City dan Chelsea. Ini menjadi spesial, terutama bagi Manchester City, mana kala final ini menjadi final pertama kalinya bagi mereka sepanjang sejarah klub.

Tak hanya spesial bagi The Citizens saja, final ini juga spesial bagi seorang Pep Guardiola atau yang kerap disapa sebagai Pep Guardiola. Manajer yang didatangkan ke Etihad Stadium pada musim panas 2016 itu kini berkesempatan untuk kembali mencicipi laga puncak dari Liga Champions Eropa setelah terakhir ia melakukannya pada 2011, kala itu bersama Barcelona. Tentu, seorang Pep tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan langka ini. Pastinya ia ingin kembali merasakan trofi paling prestisius seantero Eropa tersebut. Pep Guardiola tentunya memiliki misi akan hal tersebut. Kendati demikian, Pep juga memiliki misi lain yang akan diembannya pada final yang akan berlangsung di markas FC Porto, Estadio do Dragao nanti. Ada tiga misi besar yang akan ia coba taklukkan pada final kali ini.

Balas Dendam Atas Dua Kekalahan Beruntun dari Chelsea

Sebelum final Liga Champions, City dan Chelsea sudah berjumpa terlebih dahulu pada tiga kesempatan yang berbeda. Pada laga pertama, City menang 3-1 atas Chelsea di Stamford Bridge, markas Chelsea. Pada laga itu, gol-gol disarangkan oleh Ilkay Gundogan, Phil Foden, dan Kevin de Bruyne. Pada laga itu, bisa dikatakan menjadi salah satu titik balik City hingga akhirnya bisa mengejar dan memenangkan Premier League di akhir musim. Kala itu, skuad City bisa dikatakan cukup compang-camping karena sembilan pemain inti tidak dapat bermain akibat terkena COVID-19. Meskipun demikian, sebetulnya Chelsea pun juga tidak dalam suasana yang baik ketika itu, karena manajer saat itu, Frank Lampard tengah didera rumor pemecatan, dan pada akhirnya, tidak lama setelah itu, ia benar-benar didepak dari kursi kepelatihan The Blues.

Baca juga:  Manchester United Menang Dramatis Berkat Gol Ronaldo

Baca juga: Manchester City Juara Liga Primer, Pep Guardiola Makin Perkasa

Bacaan Lainnya

Setelah Thomas Tuchel ditunjuk menjadi manajer pengganti Lampard, Chelsea bertemu kembali dengan City pada April yang lalu di ajang Piala FA, tepatnya pada laga semi final. Chelsea kala itu menang tipis 1-0 berkat gol Hakim Ziyech. Tak lama berselang, City bertemu lagi dengan Chelsea di ajang Liga Inggris. Kali ini City bertindak menjadi tuan rumah. Sayangnya, City terkena comeback dari Chelsea dengan skor 2-1. Gol semata wayang City dicetak oleh Raheem Sterling, sedangkan dwigol Chelsea masing-masing disarangkan oleh Hakim Ziyech dan Marcos Alonso.

Pada dua kekalahan beruntun ini, bisa dikatakan City lebih banyak menyimpan pemain kuncinya. Hal ini dapat dikatakan masuk akal, mengingat pada dua laga tersebut memang cukup berdekatan dengan perempat final dan semi final Liga Champions, di mana, praktis pada dua laga Liga Champions tersebut, energi pemain lebih terkuras daripada biasanya karena tensi yang cukup tinggi dibandingkan dua laga melawan Chelsea, sehingga, beberapa pemain harus diistirahatkan. Terlebih sebetulnya pada laga City vs Chelsea di Premier League, City sudah hampir juara dan praktis “amat sulit” dikejar oleh pesaing terdekatnya di peringkat kedua, Manchester United, sehingga, walau City kalah di laga tersebut ketika itu, pengaruhnya hanyalah penundaan “pesta juara” dari City saja.

Baca juga: Manchester City vs Tottenham Hotspur: Ujian Berat Pasukan Pep Guardiola

Kendati demikian, Pep tentunya ingin membalaskan dua kekalahan beruntun tersebut. Pastinya ia akan menurunkan pemain-pemain terbaiknya di laga pemungkas ini (jika seluruhnya berada dalam kondisi fit serta tidak ada masalah pemain yang cedera tiba-tiba sebelum pertandingan), dan tentunya laga final ini akan menjadi “wadah” pembalasan terbaik bagi dirinya kepada seorang Thomas Tuchel.

Baca juga:  Tragis Nasib Leicester City, Terlempar dari Zona Liga Champions

Menghapus Kutukan Final Bagi Tim Yang Pertama Kali Masuk Final Liga Champions

Seperti yang sudah disebutkan di awal tulisan ini, final kali ini merupakan yang pertama bagi Manchester City sepanjang sejarah klub mereka. Pada keikutsertaan mereka yang ke-10 kalinya secara beruntun sejak musim 2011/2012, mereka akhirnya bisa mencapai final. Ini merupakan sebuah pencapaian yang bagus. Bisa dikatakan investasi yang dilakukan Sheikh Mansour sudah menunjukkan hasilnya, yaitu final yang memang sudah diidam-idamkan oleh public Etihad Stadium.

Bicara penampilan final pertama, di final Liga Champions Eropa sendiri ada semacam “kutukan” bagi tim yang pertama kali mencapai babak tersebut. Bisa kita lihat pada dua musim ke belakang. Tottenham Hotspur di 2019, takluk oleh sesama tim Inggris, Liverpool dengan skor 2-0. Lalu, pada musim lalu, klub asal Prancis, Paris Saint Germain yang juga mencapai final pertamanya kalah dengan skor tipis 1-0 dari Bayern Munchen.

Baca juga: Nuno Espirito Santo Tinggalkan Wolves di Akhir Musim

Dengan fakta tersebut, tentunya Pep harus berhati-hati. Kalau kita bicara final, ada banyak faktor yang bisa membuat suatu tim kalah. Salah satunya adalah mental. Manchester City sendiri kerap dikatakan belum mempunyai mental Eropa oleh banyak pihak. Patut diingat bahwa sebelum musim ini, pada tiga musim ke belakang, City selalu mentok di babak delapan besar. Meskipun demikian, karena ini final, Pep seharusnya memiliki kemampuan untuk menangani masalah mental ini.

Kita tentu ingat Pep merupakan manajer yang berpengalaman, pernah membawa Barcelona ke final Liga Champions Eropa selama dua kali (2009 dan 2011) adalah buktinya, sehingga, ia harusnya sudah paham cara untuk menjaga mental anak-anak asuhnya. Meskipun demikian, ia tetap harus berhati-hati, karena semua bisa terjadi pada laga final yang akan datang. Ini menjadi misi kedua dari Pep Guardiola jelang laga final yang akan datang. Jika kutukan ini bisa ia pecahkan, maka ini akan menguatkan statusnya sebagai salah satu manajer terbaik di dunia saat ini.

Baca juga:  Maccabi Haifa Vs PSG 1-3: Trio Lini Depan Paris Lagi Gacor

Membuktikan Bisa Juara Tanpa Seorang Lionel Messi

Dalam karier kepelatihannya, Pep sudah menangani tiga klub berbeda (termasuk City). Dua lagi adalah Barcelona dan Bayern Munchen. Di Barcelona, ia sudah memenangkan segalanya, termasuk Liga Champions. Bahkan dua kali ia memenangkan itu. Akan tetapi, ketika di Bayern, ia tidak mampu membawa skuad Die Roten hingga sampai ke final hingga akhir masa kepelatihannya di sana. Paling mentok, Pep hanya bisa membawa Bayern hingga semi final saja. Padahal, skuad Bayern sendiri bisa dikatakan cukup mumpuni untuk bisa mengangkat trofi si kuping besar ketika itu.

Dari kegagalan ia saat menukangi Bayern selama tiga musim tersebut, banyak pihak yang mulai berpendapat bahwa Pep hanya bisa juara Liga Champions karena ada seorang Lionel Messi di dalam timnya. Lahirnya pendapat ini tentunya amat wajar. Kita tahu Lionel Messi pada saat itu memang amat berkembang ketika diasuh oleh Pep Guardiola, dan pada dua laga final Pep bersama Barcelona, Messi memang selalu berkontribusi dengan mencetak salah satu gol kemenangan untuk Barcelona.

Setelah ia selalu gagal dengan Bayern untuk meraih laga puncak, kini ia bisa menjangkaunya bersama pasukan The Citizens. Skuad yang ada sekarang pun di atas kertas juga tak kalah mumpuninya untuk bisa memenangkan trofi paling prestisius sejagat Eropa ini. Jika ia mampu memenangkan Liga Champions bersama City (dan khususnya tanpa seorang Lionel Messi), ini akan menjadi cara yang paling elegan dari dirinya untuk mematahkan argumen dari pihak-pihak yang selama ini meremehkannya.

Tiga misi di atas akan coba ditaklukkan oleh Pep Guardiola pada laga final nanti. Tentunya, ia menargetkan kemenangan pada laga final ini. Lalu, siapa yang pada akhirnya akan berjaya di akhir laga nanti? Apakah Manchester City? Ataukah Chelsea? Mari kita nantikan bersama-sama. Yang jelas, seperti apa yang dikatakan Pep pada konferensi persnya menjelang final, “Tim terbaiklah yang akan menang”.

Irsan Nur Hidayat
Twitter
Seorang Mahasiswa yang juga Pencinta Sepak Bola.

Anda suka menulis tentang sepakbola, kirim tulisanmu ke AnalisBola.com dan baca ketentuannya di SINI.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *