Setelah Cristiano Ronaldo resmi kembali ke Inggris, Juventus lakukan satu manuver susulan yakni datangkan Moise Kean. Penyerang 21 tahun berpaspor Italia itu bergabung dalam klausul 2 tahun pinjaman beropsi permanen dengan besaran total mencapai 20 juta euro.
Sepintas dua transfer ini terlihat timpang. Kean baru dapat 9 cap bersama skuat Gli Azzurri, urung tampil di Euro 2020 meski tembus daftar pemain bayangan Mancini. Sementara Ronaldo empat hari lalu menuliskan namanya sebagai pesepak bola tertajam di kancah internasional, menggeser posisi Ali Daei, legenda Iran.
Di koridor klub, Ronaldo telah menaklukkan Inggris, Spanyol dan Italia bersama tiga klub paling kompetitif di masing-masing kompetisi tersebut. Pria Portugal merupakan top skor Serie A musim lalu, sumbang 29 gol dari 33 penampilannya. Lha Kean? Kariernya di Everton mandek. Walau waktu di PSG ia lumayan muncul, itu masih belum cukup buat yakinkan petinggi Les Parisiens permanenkan statusnya.
Baca Juga: Kesalahan Elementer Buat Lazio Gagal Datangkan Filip Kostic
Mantra Tua Bernama Harmoni
Untuk menggantikan figur CR7, Kean punya modal dalam relasinya bersama Max Allegri, allenatore Si Nyonya Tua musim ini. Max adalah pelatih yang berikan ia debut pada November 2016, di umurnya yang ke 16.
Selang setahun berstatus pinjaman di Verona, Kean berikan 6 gol dalam 13 penampilan Serie A 2018-19. Umur yang masih begitu muda dan tuntutan juara Juve kala itu tak berpilin serasi, satu alasan yang buat ia menyetujui tawaran hengkang ke Everton. Bukan berarti Max tidak percaya pada talenta sang penyerang muda ini.
Di Parc des Princes, ia sempat tunjukkan percik kecerdikan gerak tanpa bola, luapan energi dan kemampuan menahan bola. Belum menyinggung kecepatan berlari dan daya ledak lompatnya. Pengalaman main di bawah pelatih top macam Carlo Ancelotti dan Thomas Tuchel juga bakal berguna di kemudian hari.
Hal esensial lain adalah kemungkinan menguatnya potensi kebersamaan tim setelah sang mega bintang pergi. Di bawah Maurizio Sarri dan Andrea Pirlo dua tahun ini, Juve kerap terlalu andalkan kemampuan eksekusi penalti dan lompatan super Ronaldo. Bukan berarti sepenuhnya buruk jika itu tetap melahirkan gol buat kemenangan.
Namun, itu bisa membatasi pemain-pemain lain, khususnya secara psikologis, yang sebenarnya punya modal lain di luar akurasi crossing buat lukai lawan. Tak ada lagi wajah yang kontan merengut ketika kawan satu seragam coba menembak langsung.
Baca Juga: Nuansa Bulan Madu Inter Milan dan Inzaghi
Kean tak akan memanggul lini depan post-Ronaldo sendiri. Di sana turut bercokol Alvaro Morata, Dejan Kulusevski, Paulo Dybala, Federico Chiesa, Federico Bernardeschi dan, debutan Serie A Kaio Jorge. Ketujuh pemain ini bakal membagi jam main, tanggung jawab mencetak angka dan merayakannya bersama di tepi lapangan.
Rakaisa Langit
Facebook
***