Antonio Conte ke Newcastle United? Heh!
Gosip tidak mungkin ini menjadi mungkin, setelah akuisisi konsorsium yang menghimpun Public Investment Fund (PIF), grup investasi beraroma Arab Saudi yang miliki koneksi pada Mohammed bin Salman -pangeran negara itu-, Mitra Modal PCP Staveley dan Reuben Bersaudara, pada 80% kepemilikan The Magpies. Tak tanggung-tanggung mereka kabarnya telah siapkan 300 juta pounds sebagai modal restorasi.
“Saya menyukai tantangan dan telah lalui banyak naik-turun sepanjang karier saya di sepak bola,” tutur Conte pada La Gazzetta dello Sport, Juni lalu, seperti dikutip Football Italia. “Seperti apa proyek yang ditawarkan menjadi esensial. Saya lebih memilih tetap di rumah ketika tawaran yang datang tidak meyakinkan. Ini berhubungan dengan visi, kejujuran dan prinsip. Lihatlah bagaimana klub-klub yang saya datangi bukanlah favorit terkuat dalam kejuaraannya.“
Resume Megah Conte
Juve pra-Conte finis di peringkat tujuh dua musim berturut-turut. Si Nyonya Tua belum sesolid itu setelah terasing ke Serie B. Dilanda eksodus pemain top dan kesulitan goda buruannya buat merapat ke Turin. Dengan sosok Beppe Marotta yang mengorkestrasi di balik layar, kedatangan Conte berhasil dorong Juve kembali kepada identitasnya: Penguasa Italia.
Sempat pindah daratan ke belantara Premier League bersama Chelsea, Conte juga tak bertangan hampa sepulang dari sana. Satu trofi liga dan Piala FA masuk dalam kabinet The Blues. Formasi 3-5-2 Conte juga jadi bahan kajian pelatih-pelatih lain, terutama tentang fungsi operasi wing-back.
Lantas beranikan diri jadi orang nomor satu di timnas Italia, bawa timnya ke perempat-final Piala Eropa 2016 dengan andalkan Emanuele Giaccherini, Graziano Pele dan Eder. Tanpa Conte, Italia kemudian babak belur di kualifikasi menuju Piala Dunia 2018 dan tak mampu lolos dari sana.
Terakhir melatih Inter Milan, Conte masih berstatus tanpa klub hingga hari ini. Rumornya, manajemen anyar Newcastle tertarik datangkan pelatih energik itu sebagai bagian dari revolusi mereka. Namun, media-media Italia mengabarkan jika Conte kemungkinan besar akan menolak tawaran masuk di tengah musim dan baru bersedia “turun gunung” kala musim berganti.
Stevie G: Kandidat Jagoan Lain
Sementara itu rumah judi, Sky Bet, menjagokan Steven Gerrard di posisi dua dalam kandidat joki anyar The Magpies. Stevie G, kini masih terikat kontrak bersama jawara Skotlandia Glasgow Rangers, berada setingkat di bawah Conte dan unggul atas Eddie Howe (eks Bournemouth), Frank Lampard (Legenda Chelsea dan eks Derby County) hingga salah satu kesayangan publik St. James Park yang kini setir kemudi Everton, Rafael Benitez.
Menapaki musim baru dan tantangan mempertahankan titel Penguasa Skotlandia, Rangers-nya Gerrard berikan klaim yang solid. Mereka memenangi enam dari delapan partai awal Scottish Premier League. Hingga saat ini, Rangers dibuntuti Hearts, dengan selisih satu angka, di puncak klasemen. Kedua tim akan saling berhadapan malam Minggu ini di Ibrox Stadium, markas Sang Beruang.
“Saya tidak ingin terlibat dalam spekulasi apapun, apalagi saat di sana ada seseorang yang begitu saya hormati.” tutur Gerrard menyikapi kursi pelatih di Newcastle, seperti dilansir Metro. “Saya masih memiliki pekerjaan besar di sini, peran yang besar dan fokus yang juga sama besar. Kami punya pertandingan dengan rival di papan atas akhir pekan ini, saya menatap laga dengan antusias.”
“Walaupun sebelah mata saya juga menyaksikan Newcastle, untuk menandai capaian 1000 pertandingan Steve Bruce. Ia adalah salah satu karakter paling hebat di bidang ini, seseorang yang punya hubungan personal dengan saya. Respek dan penghormatan tinggi baginya. 1000 pertandingan merupakan pencapaian historik.”
Steve Bruce Menghitung Hari?
Benar, pertandingan kontra Tottenham Hotspur, Minggu (17/10), adalah pertandingan ke-1000 Bruce sebagai pelatih. Sebuah milestone tersendiri dalam karier seorang pelatih. Meski dalam tujuh pertandingan Premier League terakhir, kemenangan masih menghindari The Magpies. Mereka berada setingkat di atas Norwich, berbekal tiga poin; hasil dari tiga imbang dan empat kekalahan.
Terus dirumorkan bakal hadapi pemberhentian dari manajemen anyar, Bruce masih mampu suarakan kekuatannya menatap pertandingan besok.
“Semua tidak terjadi seperti yang kalian (pers) mau,” kata Bruce dalam konferensi pers Jum’at via Zoom. “Saya masih di sini. Sebelumnya saya mencoba menahan diri tapi semuanya berjalan amat berat. Hampir berlebihan. Dengan apa yang tengah terjadi, tidak mudah mempersiapkan tim untuk laga besok. Yang saya minta hanyalah sedikit respek – tak peduli seberapa berat keadaannya.”
Pelatih 60 tahun itu telah bertemu dengan Amanda Staveley, Direktur harian klub yang baru, Senin lalu. Ditengarai, mereka mendiskusikan kemungkinan perubahan yang akan digarap, termasuk masa depan Bruce sendiri.
“Diskusi itu adalah sesuatu yang privat,” tutur Bruce. “Berjalan informal selama 10 menit. Mereka bilang ‘carry on’ dan saya akan melakukannya hingga ada pembicaraan selanjutnya.”
Dua musim terakhir, ia telah berhasil memandu Newcastle bertahan di divisi teratas sepakbola Inggris. Terlepas minimnya sokongan dana dari Mike Ashley, pemilik The Magpies sebelumnya, Bruce menemukan keseimbangan dalam strategi bola-bola panjang dan performa brilian sang nomor 10, Allan Saint-Maximin.
Apakah ia bukan orang yang tepat untuk pimpin Revolusi Newcastle? Bruce jelas tak miliki curriculum vitae se-“wah” Conte atau kemudaan visi Steven Gerrard. Kariernya banyak berkutat di klub “medioker” macam Hull City, Sunderland, dan Birmingham FC. Namun, revolusi timur tengah itu, hingga kini, belumlah sampai ke kursinya. Dan karenanya ia akan memimpin The Magpies untuk raih kemenangan pertama liga musim ini ketika sua Hotspurs. Kemenangan yang mungkin bisa kuatkan klaimnya atas kursi pelatih Newcastle. Setidaknya hingga akhir musim.
Rakaisa Langit
Facebook
***