Sebelum babak kedua dalam pertandingan liga Europa antara AS Roma melawan HJK Helsinki dimulai, Jose Mourinho melakukan pergantian pemain dengan menarik keluar Matias Vina yang bermain di posisi bek kiri dan memasukan Paulo Dybala ke lapangan.
Dybala sendiri memang duduk di bangku cadangan terlebih dahulu dimana posisinya digantikan oleh Nicolo Zaniolo yang bermain sebagai starter.
Baru semenit diturunkan ke lapangan, Dybala berhasil mencetak gol dengan tendangan dari luar kotak penalti setelah menerima backpass Lorenzo Pellegrini.
Gol Dybala tersebut tampaknya menjadi kran pembuka bagi AS Roma untuk mencetak dua gol lainya melalui Pellegrini dan Belotti yang membuat tim tersebut berhasil menang dengan skor 3-0.
Kemenangan ini tentu saja membuka harapan AS Roma untuk bisa lolos ke babak 32 besar setelah kalah pada pertandingan pertama liga Europa melawan klub asal Bulgaria, Ludogorets dengan skor 1-2.
Selain Belotti yang mencetak gol perdananya untuk AS Roma, Dybala tentu saja menjadi sorotan dan perhatian dibalik kemenangan yang diraih klub ibukota Italia tersebut.
Keberhasilan Dybala mencatatkan namanya di papan skor pada pertandingan melawan HJK Helsinki membuat dirinya telah mencetak empat gol dari delapan pertandingan di semua kompetisi bersama AS Roma.
Bersama Giallorossi pula, pemain timnas Argentina tersebut berhasil mencetak gol ke-100 di Serie A saat melawan Monza dimana dia menciptakan brace.
Catatan tersebut membuat dirinya menjadi pemain Argentina ketujuh yang mampu mencetak 100 gol di Serie A setelah Gabriel Batistuta, Hernan Crespo, Omar Sivori (kelak bermain untuk timnas Italia), Gonzalo Higuain, Mauro Icardi, dan Abel Balbo.
Penampilan gemilangnya bersama AS Roma seperti membuat dirinya seolah terlahir kembali setelah dia sempat tampil mengecewakan dalam dua musim terakhir bersama Juventus.
Bersama Si Nyonya Tua, Dybala sempat kehilangan taji dengan minimnya jumlah gol yang dicetaknya. Bahkan di musim 2020/21, dirinya hanya mampu mencetak empat gol di Serie A.
Musim lalu, penampilan Dybala sempat membaik ketika berhasil mencetak 10 gol dan 5 assist di Serie A serta 3 gol di liga Champions, akan tetapi penampilanya dapat terbilang cukup inkonsisten yang membuat dirinya gagal mempersembahkan satupun gelar untuk Juventus.
Faktor cedera dan seringnya berganti posisi bermain sepertinya menjadi faktor mengapa Dybala seperti tampil menurun bersama Juventus.
Kini dengan kepindahnya ke AS Roma, diharapkan bahwa Dybala akan kembali menemukan ketajamanya bersama tim asuhan Jose Mourinho tersebut. Terlebih, dia didukung oleh motor serangan AS Roma lainya seperti Pellegrini, Abraham, Belotti, dan Zaniolo.
Christopher
Pemerhati & Penganalisis Taktik serta Filosofi Sepakbola