Patutkah MLS Dijuluki sebagai Liga Buangan?

Patutkah MLS Dijuluki Sebagai Liga Buangan ?
Chiellini dan Bale Bergabung Dengan Los Angeles FC Musim Ini. (Sumber : voi.id)

Pada pertandingan antara Los Angeles FC melawan Kansas City, Minggu (24/7/22), tepatnya di menit ke-83, LAFC melakukan serangan balik yang cukup cepat melalui pergerakan Araujo dari tengah lapangan.

Gareth Bale yang baru masuk pada menit ke-65 dan berada di sisi kanan sektor serangan, segera berlari ke dekat kotak penalti Kansas City. Araujo yang melihat pergerakan Bale, segera mengirimkan umpan mendatar ke Bale, yang segera diselesaikan oleh winger asal Wales tersebut ke dalam gawang Kansas City.

Gol tersebut segera dirayakan oleh seluruh kesebelasan LAFC, termasuk Giorgio Chiellini, bek legendaris Italia dan Juventus yang juga memutuskan bergabung ke klub asuhan Steve Cherundolo tersebut musim ini. Bale dan Chiellini adalah sekian dari banyaknya pemain top dunia yang melanjutkan karirnya di negeri Paman Sam.

Sebelumnya ada Beckham, Ibrahimovic, Keane, Kaka, Gerrard, Lampard, Pirlo, David Villa, Schweinsteiger hingga Rooney yang pernah menapaki karirnya di Amerika Serikat dengan klub yang berbeda-beda.

Bacaan Lainnya

Pemain-pemain tersebut pindah ke MLS karena faktor umur yang sudah cukup tua untuk pemain sepakbola ataupun kontrak di klub Eropa mereka sudah habis. Kini yang menjadi pertanyaan adalah apakah MLS merupakan liga buangan untuk pemain-pemain top Eropa yang “masa emas”-nya sudah habis ?

Sebenarnya cukup sulit untuk mendeskripsikan apakah MLS itu adalah liga buangan atau tidak, mengingat MLS adalah salah satu program dari federasi sepakbola Amerika Serikat untuk menarik atensi publik negeri Paman Sam terhadap cabang sepakbola.

Klub-klub MLS tersebut banyak dibeli oleh konglomerat dan pengusaha kaya, hasilnya adalah klub-klub tersebut berani untuk mendatangkan pemain-pemain top dunia yang kontraknya bersama klub mereka sudah habis.

Baca juga:  Coppa Italia, Ibrahimovic: Jatah Berhasil dan Gagalnya AC Milan

Sebenarnya keputusan klub-klub MLS tersebut, selain untuk mendongkrak nilai pasar dan komersial, secara tak langsung telah menyelamatkan karir pemain-pemain top tersebut yang sebelumnya dianggap sudah habis.

Contoh pertama adalah David Beckham, setelah hengkang dari Real Madrid, pemain flamboyan asal Inggris tersebut pindah ke LA Galaxy dimana dirinya mampu tampil spektakuler dengan menjadi kunci permainan dari LA Galaxy.

Hasilnya adalah 2 klub besar Eropa yakni AC Milan dan PSG berhasil mendatangkan Beckham. Bahkan PSG menjadi klub terakhir dimana Bekham memutuskan untuk pensiun dari sepakbola.

Baca Juga: Di Balik Banyaknya Penolakan terhadap Ronaldo

Contoh kedua adalah Zlatan Ibrahimovic. Sempat dianggap sudah habis setelah menjalani musim cedera di Man United, dirinya pindah ke klub yang sama dengan Beckham yakni LA Galaxy.

Hanya dalam kurun waktu 2 musim saja, Ibrahimovic berhasil mencetak 53 gol, sebuah catatan yang sangat fantastis dan luar biasa. Itulah yang membuat AC Milan memutuskan untuk memulangkan kembali striker bertinggi 195 cm tersebut.

Hasilnya adalah Ibrahimovic mampu membantu AC Milan meraih Scudetto setelah 11 tahun lamanya. Selain itu, Ibrahimovic juga sempat dipanggil kembali ke timnas Swedia pada beberapa pertandingan persahabatan dan kualifikasi Piala Dunia.

Berkaca dari Ibrahimovic dan Beckham, mungkin kita akan berharap hal yang sama juga berlaku untuk Gareth Bale setelah menjalani musim terakhir yang sangat mengecewakan bersama Real Madrid dimana dirinya lebih banyak duduk di bangku cadangan.

Gol pertamanya di MLS tentu saja diharapkan menjadi awal bagi Bale untuk kembali mengembalikan kejayaan karirnya yang sempat meredup.

Christopher
Pemerhati & Penganalisis Taktik Serta Filosofi Sepak Bola

Anda suka menulis tentang sepakbola, kirim tulisanmu ke AnalisBola.com dan baca ketentuannya di SINI.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *