Tiga tahun lalu masih berkutat di Serie C, hari ini Junior Messias berpeluang main di Liga Champions bersama AC Milan. Ia tidak sedang bermimpi. Ia menjalani mimpi itu dalam kenyataan. Gelandang serang berdarah Brazil telah menyelesaikan kepindahan dari Crotone jelang ditutupnya bursa musim panas 2021. Transaksi pinjaman itu rampung dengan mahar senilai 2,6 juta euro dan opsi beli 5,4 juta.
Ia pertama kali menopangkan hidup pada si kulit bundar bersama Casale. Sebelumnya, sepak bola sebatas pengisi waktu saja, di sela peluh-peluh bekerja kontruksi dan antar kelengkapan dapur macam mesin cuci dan lemari pendingin. Barangkali ia adalah bagian dari mereka yang diceritakan dalam “Money For Nothing”, lagu gubahan band Inggris Dire Straits. Berikut secuplik liriknya:
We got to install microwave ovens, custom kitchen deliveries
We got to move these refrigerators, we got to move these color TVs
Looky here, look out
I shoulda learned to play the guitar
I shoulda learned to play them drums
Baca Juga: Kesalahan Elementer Buat Lazio Gagal Datangkan Filip Kostic
Pertemuan dengan Elio Rossi
Bakat Messias terendus Elio Rossi, saat ini pelatih Citta di Varese, kala bermain di Turin.
Awalnya, Rossi mendapat bisikan dari kawannya, Roberto Arena, tentang pemain Brazil yang cukup bagus. Setelah saksikan bagaimana Messias beraksi, ia terkesan. Rossi dan Messias kemudian berkenalan saat pertandingan selesai dan atur janji untuk berbincang lagi.
Beberapa hari berikutnya mereka bertemu di sebuah bar, di jeda waktu antar-mengantar kelengkapan dapur Messias. Rossi bilang jika ia berkenan membantu Messias jadi pemain bola, tentu tidak langsung pemain AC Milan bahkan Crotone.
Sejenak, Messias terpekur. Tidak lantas berikan jawaban.
Ia teringat lagi pengalamannya yang lalu. Ia pernah punya ambisi itu, menjadi pesepak bola. Namun saat itu ia tak mendapat visa yang mengizinkannya jadi pemain bola. Ia ragu apakah pria di hadapannya saat ini hanya membual. Apalagi, usianya sudah lebih dari 25, usia penentuan arah karier bagi kebanyakan lelaki. Maka, saat itu, Messias tidak begitu antusias dengan tawaran Rossi. Ia tidak sepenuhnya percaya jika pria asing di hadapannya ini bisa mendorongnya meraih mimpi masa kecil yang hampir ia lupakan. Mereka pun berpisah begitu saja.
Empat bulan dari pertemuan itu, Messias dapat telepon. Dari Rossi. Suara lelaki itu bersemangat. Katakan jika ia kini melatih Casale, klub divisi lima Italia, dan hendak mengajaknya bergabung ke skuatnya. Klub akan mengurus visa dan memberikan upah 1.500 euro per bulan. Sadar bahwa ini adalah telepon serius, tawaran yang serius, Messias berkata setuju.
Lalu tangga itu dipijaknya setahap demi setahap. Serie D – kasta keempat Italia-, Serie C, Crotone dan, hari ini, ia adalah pemain AC Milan.
Bagian Rencana Alternatif Maldini – Massara
Jurnalis La Gazzetta dello Sport, Luigi Saporito, seperti disinggung Sempre Milan, mengatakan bahwa kubu Il Diavolo Rosso bukan satu-satunya peminat Messias.
Torino, Fiorentina dan Napoli sama mengintip dari markas masing-masing. Ivan Juric, pelatih Torino sekaligus eks Crotone, punya ketertarikan besar namun kondisi finansial Il Granata tak mengizinkan ‘tuk wujudkan ketertarikan itu.
Sedang Milan berlaku sigap dan taktis menindaklanjuti rencana cadangan mereka. Rencana cadangan? Ya, investor mereka, Grup Elliot, setengah tak terima dengan figur Messias. Umurnya masuki 30. Bukan informasi menyenangkan dalam bisnis sepak bola. Nilai jualnya dua-tiga tahun ke depan hampir pasti menurun. Bakal lain jika Messias adalah varietas wine.
Baca Juga: AC Milan vs Cagliari: Nama Giroud Bergema di San Siro
Namun Paolo Maldini dan Ricky Massara, dua strategis di belakang layar Milan, harus penuhi apa yang dibutuhkan Pioli setelah Roman Faivre gagal merapat ke San Siro. Satu gelandang serang yang cair, yang bisa menusuk pertahanan musuh dan pengaruhi hasil akhir pertandingan. Di kompetisi Serie A musim lalu, bersama Crotone, ia catat 9 gol dan 4 assist.
Messias bisa meramaikan persaingan sayap kanan dengan Joakim Maehle dan Samu Castillejo, atau opsi alternatif dari Brahim Diaz di posisi trequartista, tepat di belakang striker dalam skema 4-2-3-1-nya Pioli.
Mungkin transaksi pinjaman ini takkan berubah permanen dan ia harus kembali ke Crotone, jauh dari gema koor Liga Champions atau ajang tingkat Eropa lainnya. Atau Milan temukan talenta lain di bursa musim dingin Januari. Namun, dongeng transformasi tiga tahun Messias ini merupakan kisah ajaib nan langka di antara rapinya jejaring transfer sepakbola modern.
Rakaisa Langit
Facebook
***