AnalisBola.com – Hasil yang mengecewakan didapat Manchester United saat menjamu tim juru kunci, Sheffield United, di Old Trafford Kamis (28/1) dini hari waktu Indonesia.
Bermain di kendang sendiri dengan kondisi sedang on fire, Man United tadinya yakin kembali duduk di puncak klasemen dengan kemenangan atas Sheffield.
Apa daya, Man United dua kali tertinggal dan takluk dengan skor 1-2. Ini adalah kekalahan pertama Man United dalam lima belas pertandingan terakhir di liga. Sementara bagi Sheffield, ini menjadi kemenangan kedua di musim ini setelah melakoni dua puluh pertandingan.
Baca juga: Untuk Ukuran Guru Olahraga, Solskjaer adalah Guru yang Cerdas
Apa yang salah dengan Man United di pertandingan ini? Penguasaan bola cukup absolut di angka 75 persen, tembakan diblok sebanyak 6, umpan silang 35 kali, dan tendangan penjuru untuk Man United ada 7 kali (Livescore). Artinya Man United menguasai pertandingan dan menekan secara signifikan.
Gol pertama Sheffield tercipta dari kegagalan De Gea memenangkan duel udara setelah Telles dan Tuanzebe juga gagal pada saat bersamaan. Bola jatuh tak jauh dari area kekuasaan kiper sehingga seyogyanya De Gea bisa menghalau tetapi dorongan Sharp mengganggu pergerakannya.
Gol kedua Sheffield sebenarnya tidak mengejutkan karena beberapa saat sebelum tendangan Burke yang deflection itu, pemain belakang United telah gugup dan kehilangan posisi hingga memberikan ruang terlalu luas bagi penyerang-penyerang Sheffield United. Bola liar yang terlepas dari Maguire harusnya bisa dibuang De Gea lebih jauh.
Baca juga: Sheffield United Mengejutkan Setan Merah dalam lanjutan Premier League
Well, kedua gol ini bisa terjadi kapan saja dalam sepakbola, tidak terlalu signifikan untuk dipakai menilai sebuah kekalahan secara permainan sepakbola itu adalah tim dan berlangsung dalam sembilan puluh menit. Analisis tentu harus didudukkan dalam kerangka yang besar, melihat pertandingan secara keseluruhan.
Sheffield United Bertahan
Setelah gol pertama, Sheffield United bertahan dengan baik. Formasi 3-5-2 yang diterapkan Chris Wilder efektif bertahan dengan cepatnya dua bek sayap bergeser menjadi 5-3-2 dan 5-4-1.
Tidak adanya offside Man United menunjukkan barisan bertahan Sheffield bermain cukup dalam dan tidak mengambil risiko menyerang. Sheffield membiarkan Man United menguasai bola hingga 75 persen.
Di babak kedua, Man United sebenarnya mencoba kreatif membangun serangan dengan, tetap, mengandalkan Fernandes untuk mengubah-ubah arah serangan. Namun barisan pemain Sheffield yang sangat rapat membuat para penyerang Man United kesulitan melepaskan tembakan.
Crossing
Satu kelemahan serangan Man United dalam pertandingan itu adalah crossing. Telles yang dipasang sebagai starter kurang berhasil melepaskan umpan silang yang variatif dan berbahaya. Dari sembilan percobaannya, hanya tiga kali crossing Telles yang akurat.
Crossing yang buruk juga terjadi di sisi kanan. Ini memang menjadi kelemahan Man United di bawah arahan Ole. Dalam pertandingan itu, Wan-Bissaka juga hanya dua kali melakukan umpan silang tanpa ada yang akurat (Whoscored). Praktis Man United lebih banyak berharap pada terobosan atau kerjasama bola pendek di sekitar kota penalti Sheffield.
Baca juga: Tendangan Bebas Bruno Fernandes Kunci kemenangan Manchester United atas Liverpool
Kurang efektifnya peran Telles dalam menyerang maupun bertahan diakui Solskjaer dengan memasukkan Shaw di menit 82. Cukup terlambat tetapi dalam 12 menit yang tersisa, termasuk injury time, Shaw mampu memberikan enam crossing dengan tiga diantaranya akurat.
Pertahanan
Solskjaer memang harus merotasi pemainnya untuk menghadapi jadwal yang padat. Wajar jika menghadapi tim yang lemah musim ini seperti Sheffield United, Tuanzebe dan Telles diturunkan untuk mengistirahatkan Shaw, Lindelof, dan Bailly.
Sayang, penampilan Tuanzebe kurang baik lagi kurang beruntung. Gol pertama tercipta setelah kekalahannya di duel udara dengan Bryan. Sementara gol kedua akibat blocking-nya yang tidak beruntung sehingga bola justru masuk ke gawang.
Kreativitas
Terdengar klise, tetapi memang kreativitas sangat mempengaruhi keberhasilan serangan. Hal ini diakui Solskjaer dalam konferensi pers seusai pertandingan. Minimnya umpan silang dan tembakan jarak jauh membuat serangan Man United terlihat monoton. Kecepatan Rashford dalam menerima umpan terobosan tidak maksimal akibat permainan bertahan Sheffield yang cukup dalam.
Martial terlihat tidak berbahaya sebagai penyerang tengah. Dia sering terlihat lebih efektif sebagai sayap atau setidaknya melebar ke sisi kiri untuk memainkan drible. Seperti biasa, Solskjaer akhirnya mengalah dengan metodenya dan memasukkan Cavani sebagai penyerang tengah lalu benar-benar menggeser Martial ke sisi luar.
Beberapa peluang kemudian tercipta tetapi tidak cukup berbahaya menjadi gol. Penampilan Ampadu, Jagielka, dan Basham yang sangat baik mencegah terjadinya gol lebih banyak bagi Man United. Jagielka tercatat melakukan enam clearance dan tiga block sepanjang pertandingan itu.
Ketergantungan terhadap Fernandes dan variasi formasi Man United perlu menjadi perhatian di paruh musim kedua. Solskjaer harus bisa mengatrol permainan pemain-pemain pelapis seperti van de Beek dan James untuk memainkan perannya pada situasi tertentu.