Jeda internasional pekan lalu tidak berefek ceria bagi awal musim kelabu Juventus. Yang terbaru, mereka terkulai tak berdaya di hadapan Napoli (11/09). Kemenangan perdana Serie A 2021/22 masih harus menunggu. Tim besutan Max Allegri belum padu benar sebagai sebuah unit.
Kreativitas kian gersang setelah beberapa pemain dari kawasan Amerika Selatan, seperti Paulo Dybala dan Juan Cuadrado, harus lakukan isolasi sepulang membela negara mereka di kualifikasi Piala Dunia. Federico Chiesa urung merumput. Sudah begitu, tak ada lagi Cristiano Ronaldo dan sumbangsih supernya.
Juventini mungkin sempat mesem-mesem sendiri melihat Moise Kean bersinar dalam balut biru Italia. Mungkin rangkaian transfer ini adalah jalan terbaik dan, tanpa CR7, tim bakal tunjukkan semangat kolektivitas ala pemuda karang taruna kalau 17an sudah dekat. Apes, Kean, yang masuk di sepuluh menit akhir waktu normal, malah tak sengaja belokkan bola sepak pojok Piotr Zielinski ke mulut gawang. Si kulit bundar, kemudian, disambar Kalidou Koulibaly sebagai gol kemenangan Napoli.
Menyebut sang penyerang muda, atau kegagapan Wojciech Szczesny di sektor lain, sebagai biang kekalahan tidak sepenuhnya tepat. Kemandekan aliran bola kala menyerang lebih mendesak buat diatasi oleh Allegri dan jajarannya. Inikah alasan di balik ketertarikan mereka pada Miralem Pjanic di akhir bursa transfer lalu? Bisa jadi.
Arus Serangan Juve Macet
Berdasar WhoScored, pemain Juve dengan operan terbanyak adalah Manuel Locatelli dengan 46 kali, akurasinya 78.3%. Bandingkan dengan Fabian Ruiz di kubu Napoli yang catatkan 95 operan dengan akurasi 94.7%. Begitu pula di sub-topik umpan kunci. Ruiz dan Lorenzo Insigne di kubu tim Naples punya 4 & 6 umpan kunci. Sedang pemain paling kreator di Juve pada laga tersebut ialah Alvaro Morata (2 kali). Tak heran jika gol balasan mereka, yang atas nama Morata, juga “diarsiteki” Kostas Manolas.
Bermain dengan garis pertahanan rendah menuntut akurasi umpan-umpan jarak jauh atau kombinasi kelihaian-kekencangan dribbling. Di masa silam, pada periode Allegri yang pertama, Leonardo Bonucci mampu tawarkan itu. Adrien Rabiot dapat pula jadi opsi pembagi bola panjang itu. Jika butuh daya jelajah, Weston McKennie dan Manuel Locatelli jadi tumpuan harap Si Nyonya Tua. Percayalah, kepingan puzzle itu rasanya tinggal menunggu klik di daftar line-up Allegri.
Baca Juga: Inter dan Sampdoria Berbagi Angka di Luigi Ferraris
Lain itu, opsi-opsi operan harus diperjelas. Apakah ingin mencapai objek secara langsung untuk kemudian dipantulkan, atau bola terobosan untuk dikejar. Sebab Allegri punya dua penyerang tengah dengan karakteristik berlainan dalam diri Morata dan Kean. Keduanya main bergantian di pertandingan ini dan, mengingat kehadiran Dybala serta Chiesa dalam skuad jika mereka fit, agaknya akan tetap begitu.
Tiga laga; satu imbang, dua kalah. Bukan reuni yang diharapkan Allegri, Kean dan Juventus tentunya. Namun, seperti sang pelatih katakan, terlalu dini untuk menilai ini sebagai musim yang buruk. Rencana-rencana perlu waktu untuk mewujud di lapangan. Ia masih optimis jika melalui kekalahan ini Juventus telah melangkah lebih dekat pada Juve yang ia proyeksikan.
Untuk saat ini, biarlah Koulibaly mengabadikan momen indah Napoli lewat selebrasinya.
Atau coba tonton highlight debut Ronaldo di Old Trafford. Atau, apapun lah. Pokoknya, selagi menunggu tim sendiri panas.
Rakaisa Langit
***