Setelah 16 tahun berkarir di Eropa dan menasbihkan dirinya sebagai salah satu striker terbaik di dunia. Di umur yang sudah menginjak 35 tahun, Luis Suarez akhirnya memilih melanjutkan karirnya di Nacional, klub sepakbola Uruguay yang menjadi klub profesional pertamanya dan membesarkan namanya.
Kedatangan Suarez segera disambut oleh seluruh fans Nacional yang seperti menyambut anak rantau yang telah meraih sukses besar. Ribuan fans memadati jalan dan berbondong-bondong dalam menyambut dan mengantarkan Suarez ke Estadio Gran Parque Central, stadion kandang Nacional. Di stadion tersebut, Suarez juga sudah ditunggu oleh ribuan fans fanatik Nacional yang memenuhi stadion.
Sebenarnya, keputusan Luis Suarez untuk mudik ke Uruguay mengejutkan banyak pihak, mengingat dirinya masih memiliki fisik dan skill yang masih mumpuni untuk bermain di pentas atas kompetisi Eropa. Bahkan, Suarez sempat disanterkan akan segera bergabung ke Aston Villa untuk bereuni dengan Steven Gerrard, mantan rekan setim-nya di Liverpool yang kini menjadi pelatih Aston Villa.
Akan tetapi, sepertinya Suarez mengikuti tradisi pemain Amerika Latin pada umumnya, yakni kembali ke negeri kelahiranya untuk bermain di klub lokal sana.
Selama 16 tahun malang melintang di kompetisi Eropa, Luis Suarez telah bermain di 5 klub Eropa. Pelabuhan pertama Suarez di Eropa adalah negeri kincir angin, Belanda. Pada tahun 2006, Suarez yang saat itu baru berusia 19 tahun, pindah ke Groningen.
Bermain selama semusim pada periode 2006/07, Suarez mencetak 10 gol untuk klub yang juga telah melahirkan pemain-pemain ternama seperti Arjen Robben, Virgin Van Dijk, dan Ronald Koeman tersebut.
Baca Juga : Era Kejayaan Barcelona Siap Kembali ?
Penampilan apik Suarez membuat raksasa liga Belanda, yaitu Ajax Amsterdam memilih untuk merekrutnya. Mungkin keputusan Ajax inilah yang menjadi gerbang pertama Suarez untuk menjadikan dirinya sebagai salah satu striker terbaik dunia.
Selama 4,5 musim berkarir di Ajax, Suarez berhasil mencetak total sebanyak 111 gol untuk klub tersebut dimana 81 gol dihasilkan di Eredivisie. Bersama dengan pemain Ajax lainya seperti Emanuelson, Van Der Wiel, Enoh, Stekelenburg, dan Pantelic, Suarez membantu Ajax meraih gelar KNVB Cup musim 2009-10. Penampilan gemilang Suarez membuat klub-klub besar Eropa lainya berjuang untuk merekrutnya.
Akhirnya pada transfer musim dingin 2010-11, Suarez memilih untuk bergabung ke Liverpool dengan nilai transfer seharga 26,5 juta Euro. Dirinya bergabung bersamaan dengan mantan striker Newcastle, Andy Carroll ke tim yang saat itu dilatih oleh Kenny Dalglish, untuk menggantikan Fernando Torres yang hengkang ke Chelsea.
Selama 3,5 musim membela The Reds, Suarez mencetak gol dengan total sebanyak 82 gol di semua kompetisi. Selain itu, Suarez juga meraih gelar EFL Cup tahun 2012. Penampilan gemilang Suarez di Liverpool akhirnya mengantarkan dirinya bergabung dengan Barcelona pada awal musim 2014-15 dengan harga transfer senilai 82,3 juta Euro, yang merupakan salah satu pembelian striker dengan harga termahal dalam sejarah.
Bersama Barcelona, dirinya turut membentuk trio striker yang dianggap sebagai salah satu trio penyerang terbaik dalam sejarah, yaitu trio MSN yang terdiri dari Messi-Suarez-Neymar. Trio ini berhasil mengantarkan Barca meraih treble winner pada tahun 2015.
Selama berkarir di Barca, Suarez berhasil mencetak 198 gol di seluruh kompetisi dan meraih 13 gelar juara diantaranya adalah 4 gelar La Liga, 4 gelar Copa Del Rey, dan 1 gelar liga Champions. Sayangnya, karir Suarez berakhir tragis setelah dirinya “diusir” oleh Ronald Koeman yang merupakan pelatih baru Barca.
Kemudian Suarez pindah ke Atletico Madrid dan bermain selama 2 musim disana, namun yang menjadi catatan spesial adalah, dirinya menjadi aktor penting dibalik Atletico menjuarai La Liga tahun 2022 setelah 8 tahun lamanya. Selama 2 musim, Suarez mencetak 34 gol di seluruh kompetisi.
Musim 2021-22 menjadi musim terakhir Suarez di Atletico Madrid dan juga Eropa. Meski begitu, Suarez telah mencatatkan dirinya sebagai salah satu pemain Amerika Latin tersukses sepanjang sejarah.
Christopher
Pemerhati & Penganalisis Taktik serta Filosofi Sepakbola