Laga Ke-1000 Mourinho: Perayaan Spesial The Special One

Jose Mourinho AS Roma
Jose Mourinho di laga ke-1000 sebagai pelatih. Foto: The Sun.

Pada menit 91 di partai ke seribu dalam karier kepelatihannya, Jose Mourinho berlari menyongsong gol Stephan El-Shaarawy. Tangannya mengepal, mulut menganga. Kebahagian terpancar pekat. Yang terakhir itu agaknya yang paling utama.

Ia seakan lupa pernah mengomentari “selebrasi berlebihan” yang ditunjukkan rekan sejawat pelatih Premier League 2018, khususnya Antonio Conte dan Jurgen Klopp kala itu.

Menilik bagaimana tensi pertandingan berjalan, silih balas serangan dari kedua tim, gol di menit-menit kritis dan atmosfer magis Olimpico, alpa menjadi wajar rasanya. Apalagi ada latar belakang laga ke seribu tadi.

Baca Juga: Masih Belum Panas, Allegri?

Bacaan Lainnya

“Saya telah berbohong. Bahkan pada diri sendiri, tentang bagaimana pertandingan ini tidak spesial. Tentu saja, sebaliknya. Angka yang istimewa bagi diri saya dan akan terus terkenang sepanjang ingatan. Saya cukup khawatir jika kami akan kalah di pertandingan ke seribu ini,” beber The Special One.

Memang sebelum laga kontra Neroverdi kemarin, Mou terus ucapkan template baku dalam konferensi pers. Bahwa ini hanya laga biasa, hanya pekan ketiga Serie A seperti musim-musim sebelumnya. Tanpa ada kerisauan neko-neko perihal menang-kalah. Ia bohong. Lihatlah bagaimana perayaannya luapkan emosi yang membuncah dalam diri.

“Skor Bisa 6-6, atau 7-7”

Selain karena milestone pribadi sang pelatih, laga Roma vs Sassuolo berjalan menarik. Tammy Abraham kurang beruntung sepakannya bentur tiang. Jeremy Boga dan Domenico Berardi gagal taklukkan Rui Patricio dalam situasi satu lawan satu. Setelah lewati tiga pemain, Lorenzo Pellegrini gigit jari karena upayanya kandas. Hamed Traore, gelandang 21 tahun Neroverdi, juga lihat mistar pentalkan ia punya peluang.

Baca juga:  Kredit Satu Babak Buat La Viola

Taktik permainan direct Alessio Dionisi dan pragmatisme ala Mourinho sajikan pertunjukkan menarik yang begitu hidup. Sampai menit-menit akhirnya sekali pun. Seperti Mourinho bilang, “Skor bisa saja 6-6, atau 7-7, atau Sassuolo unggul 2-1.” Meski menang, ia mengakui jika Dionisi, pelatih debutan Serie A ini, dan anak asuhnya telah jadi lawan gulat yang sepadan.

Baca Juga: Wajarkah AS Roma Menatap Scudetto Saat Ini?

“Ketika rayakan gol tadi, saya bukan pria 58 tahun. Tapi 12, ah 14 lebih tepat sepertinya. Usia ketika anda mulai mengangankan berkarier di dunia sepak bola. Dorongan itu begitu kuat dan saya telah meminta maaf pada Dionisi, jika ia tersinggung pada tindakan saya,”

Pelatih Portugal punya kesempatan ukir rekor lain, yakni lampaui prestasi Max Allegri sebagai pelatih paling lama yang tak terkalahkan di kandang. Ia perlu tambahan tiga partai untuk lewati catatan 41 pertandingan Allegri.

Walau begitu, kiranya ia takkan jauh terlena dengan euforia semarak ini. Perjalanan sebagai pelatih di berbagai negara dalam rentang lebih dari 20 tahun bikin Mou mengerti dengan kuncian selamat dunia kepelatihan: Menang, menang dan terus menang, atau ketuk palu pemecatan siap menghantam dari belakang.

Selamat untuk laga ke-1000 nya, Mou!

Rakaisa Langit
Facebook

***

Anda suka menulis tentang sepakbola, kirim tulisanmu ke AnalisBola.com dan baca ketentuannya di SINI.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *