Kredit Satu Babak Buat La Viola

Nicolas Gonzalez Fiorentina Inter Milan
Nicolas Gonzales & Stefan de Vrij beradu di pekan ke-5 Serie A. Foto: Violanation.

Waktu masuk lorong menuju ruang ganti, pemain Inter bayangkan tiga angka yang mungkin tak tergapai. Riccardo Sottil telah tikam jala Samir Handanovic di mulut gawang, hasil penetrasi kencang dan umpan Nico Gonzalez via sisi kiri pertahanan La Beneamata. Artemio Franchi ternyata bisa semenakutkan ini bagi pengunjungnya.

“Di pergantian babak, kami meyakinkan satu sama lain jika Fiorentina tak akan mampu pertahankan intensitasnya terus menerus,” buka Simeone Inzaghi di akhir laga. “Namun mereka tampil sangat apik dan kami baru bisa keluar memimpin di babak kedua.”

Underachiever Historical Team

Fiorentina musim lalu banyak bergerilya di separuh bawah tabel klasemen, ketimbang wujudkan ambisi kembali ke papan atas. Meski punya pemain sekaliber Franck Ribery dan Jose Callejon, anak-anak Florenze asuhan Giusppe Iachini identik dengan serangan balik, enggan kuasai si kulit bundar terlalu lama. Route one mencari ujung tombak Dusan Vlahovic adalah jamak. Tak sepenuhnya buruk. Salah satu highlightnya ialah kemenangan 0-3 atas Juventus-nya Andrea Pirlo.

Bacaan Lainnya

Mereka bertengger di tangga 13 klasemen akhir dengan peribahasa lama forty for safety. Jauh panggang dari api buat hidupkan lagi reputasi sebagai anggota Magnificent Seven Serie A dua dekade lampau.

Kesan persiapan morat-marit sempat menusuk gendang telinga. Gennaro Gattuso yang baru saja ditunjuk sebagai pelatih, lantas undur diri. Tak sepaham soal strategi belanja antara sang pelatih, Presiden Rocco Comisso dan manajer klub Giancarlo Antognoni. Rhino hanya tahan 23 hari. Musim belum dimulai, nakhoda telah diganti. Lelucon apa ini?

Baca juga:  Juventus vs Lazio 3-0: Enam Kemenangan Beruntun Si Nyonya Tua

Baca Juga: Pesan Maignan Untuk Rasisme, Pelaku dan Korbannya

Efek Vincenzo Italiano

Antognoni memutar otak. Gandeng Vincenzo Italiano yang sukses pertahankan Spezia di Serie A musim lalu. Tanda tangan Italiano di atas kontrak berdurasi dua musim. Sang pelatih anyar ini rupanya mampu pengaruhi bintang mereka, Dusan Vlahovic, yang putuskan bertahan setelah digoda jawara Spanyol, Atletico Madrid selama bursa musim panas.

“Ia adalah salah satu alasan saya bertahan. Selalu mengingakan untuk menikmati permainan sekaligus menuntut menjadi versi lebih baik dari setiap pribadi pemain. Ketika marah, ia memanggil saya Dusan. Dan dia selalu marah.” ungkap Vlahovic sembari tertawa.

Vincenzo Italiano – mantan gelandang Chievo, pelatih Spezia dan (saat ini) pelatih Fiorentina. Foto: Labaro Viola.

Italiano yang lebih muda ketimbang Iachini – selisih 14 tahun – mulai suntikkan kepercayaan diri pada skuatnya. Selain tekankan pentingnya nikmati permainan, ia pun tak sungkan bongkar pasang tim utama. Sebagai contoh masuknya Matija Nastasic ke starting line-up di laga versus Inter, atau Lucas Torreira, pemain anyar yang dapat kesempatan main penuh di laga yang sama.

Giacomo Bonaventura, salah satu nama senior di skuat La Viola musim ini, beri testimoni jika sang pelatih mampu tularkan gagasan serta dongkrak atmosfer positif hanya dalam waktu dua minggu setelah kedatangannya. Pria 43 tahun itu juga beberkan jika mereka semestinya mampu capai hasil lebih baik asal mau kasih 100% energi dalam setiap pertandingan.

Baca Juga: Dybala Ajak Juve Tetap Solid Lewati Krisis Domestik

Pertunjukkan di Babak Pertama Lawan Inter

Terbuka untuk diperdebatkan, Nico Gonzalez adalah pemain terbaik di babak pertama. Pergerakannya yang lincah, bertenaga bikin risau Milan Skriniar dan Alessandro Bastoni yang bergantian hadapi winger Argentina itu. Kemampuan melibatkan rekan lain jadi nilai plus sang rekrutan anyar dari VFB Stuttgart.

Sayang, darah muda miliknya tak tertahan dan rugikan tim setelah secara sarkas bertepuk tangan buat kritik keputusan wasit. Maka ia habiskan 10 menit terakhir di ruang ganti.

Fiorentina juga kesulitan buat beri intensitas yang sama di babak kedua. Seperti kehabisan energi, mereka akhirnya harus rela kebobolan tiga gol pada tim tamu. Padahal di babak pertama, Inter main seperti petinju di pojok ring, berharap bel segera berbunyi sebelum kehilangan kesadaran. La Viola gagal daratkan pukulan mematikan, sialnya. Dan keadaan berbalik di paruh kedua.

“Kami kurang dewasa, tidak mampu membunuh laga dengan dominasi yang kami tunjukkan. Saat ini, sulit untuk pertahankan tekanan sepanjang waktu. Kami harus lebih efektif dalam sentuhan akhir.” tukas Italiano.

Rakaisa Langit
Facebook

***

Anda suka menulis tentang sepakbola, kirim tulisanmu ke AnalisBola.com dan baca ketentuannya di SINI.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *