Pada hari Kamis (4/8/2022), AS Roma resmi mendatangkan gelandang tengah timnas Belanda, Georginio Wijnaldum dari PSG dengan status pinjaman selama semusim. AS Roma membayar 5 juta Euro kepada PSG untuk meminjam Wijnaldum, dengan opsi pembelian permanen setelah akhir musim.
Wijnaldum menjadi pemain top ketiga yang didatangkan Mourinho ke stadion Olimpico. Sebelumnya, sudah ada Paulo Dybala dan Nemanja Matic yang didatangkan dengan status bebas transfer masing-masing dari Juventus dan Man United.
Meski demikian, Mourinho juga harus rela kehilangan deretan pemain terbaiknya musim lalu seperti Mkhitaryan, Maitland-Niles, dan Pau Lopez yang hengkang. Selain itu, Mourinho juga terancam ditinggal hengkang Nicolo Zaniolo, yang dalam beberapa waktu terakhir dirumorkan akan hengkang ke klub rival, Juventus.
Akan tetapi, dilihat dari komposisi materi skuad saat ini. Banyak yang seperti yakin bahwa AS Roma setidaknya bisa meraih gelar juara di kompetisi domestik Italia musim 2022-23 ini. Bahkan, skuad AS Roma di era Mourinho saat ini dianggap sebagai salah satu skuad terbaik AS Roma sepanjang sejarah, setelah era Totti, Batistuta dan Cafu.
Sejak dipecat dari MU dan Tottenham, Mourinho memang seperti kehilangan status sebagai salah satu pelatih terbaik dalam sejarah. Taktik dan filosofi dari pelatih yang dijuluki sebagai The Special One ini dianggap sudah ketinggalan jaman dan gagal bersaing dengan pelatih-pelatih top yang lebih muda seperti Guardiola, Klopp, Pochettino, Tuchel, dan Nagelsmann.
Baca Juga : Jules Kounde : Implementasi dari Bek Modern Masa Kini
Akan tetapi, AS Roma tampaknya tetap percaya dengan pelatih asal Portugal tersebut. Pada musim 2021-22, AS Roma resmi menjadikan Mourinho sebagai pelatih utama, menggantikan Paulo Fonseca yang dianggap gagal memberikan prestasi untuk AS Roma.
Ini adalah kali kedua, Mourinho kembali ke Italia setelah 11 tahun lamanya. Sebelumnya, Mourinho pernah melatih Inter Milan dari tahun 2008 hingga 2010, dimana dirinya membawa klub tersebut meraih treble winner. Oleh karena itu, pastinya AS Roma berharap magis Mourinho di Inter Milan dapat berlaku untuk mereka.
Di musim pertama Mourinho melatih, Mourinho mendatangkan 3 pemain top liga Inggris yaitu Rui Patricio dari Wolves, Tammy Abraham dari Chelsea, dan meminjam Maitland-Niles dari Arsenal. Selain itu, Mourinho juga mendatangkan gelandang timnas Portugal, Sergio Oliveira dari FC Porto dengan status pinjaman.
Tammy Abraham yang di musim sebelumnya tenggelam di Chelsea, seperti menemukan momen karir terbaiknya di AS Roma. Dalam waktu semusim, Abraham mampu mencetak 27 gol di semua kompetisi. Striker masa depan Inggris tersebut juga menjadi faktor penting dibalik keberhasilan AS Roma meraih Europa Conference League musim 2021-22 dengan torehan 9 gol.
Meskipun gagal menembus liga Champions setelah hanya finish di peringkat ke-6, dan juga gagal meraih juara Coppa Italia, Mourinho sukses membawa AS Roma meraih gelar juara Europa Conference League musim 2021-22. Europa Conference League adalah turnamen yang baru dibentuk UEFA untuk musim 2021-22.
Gelar tersebut sangatlah spesial mengingat itu adalah gelar juara Eropa pertama AS Roma setelah 61 tahun lamanya. Gelar juara tersebut sekaligus mengakhiri puasa gelar AS Roma setelah terakhir kali menjadi juara Coppa Italia di musim 2007-08. Mourinho juga menciptakan sejarah sebagai pelatih pertama yang menjuarai liga Champions, Europa League, dan Europa Conference League.
Kunci dari kesuksesan Mourinho bersama AS Roma di musim 2021-22 adalah materi skuad dan segi kolektivitasnya. Di musim 2021-22, Mourinho umumnya menggunakan formasi 4-2-3-1, 3-4-3, dan 3-4-1-2. Mulai dari Rui Patricio sebagai kiper, lalu barisan di sektor pertahanan terdapat Spinazzola, Smalling, Mancini, Ibanez, dan Karsdorp.
Untuk sektor tengah lapangan terdapat Veretout, Zalewski, Oliveira, Maitland-Niles, Cristante, dan Diawara. Lalu untuk sektor serangan terdapat Mkhitaryan, Pellegrini, Zaniolo, Shomurodov, El Shaarawy, dan Tammy Abraham sebagai ujung tombak.
Kini, masuknya Dybala, Matic, dan Wijnaldum diharapkan mampu menambah sisi kolektivitas dan agresivitas tim AS Roma, sehingga mereka setidaknya bisa meraih gelar juara kompetisi domestik setelah sekian lama puasa gelar.
Christopher
Pemerhati & Penganalisis Taktik serta Filosofi Sepakbola