Huru-Hara Februari di Marseille

Kericuhan di Marseille
Kericuhan di Marseille. (Foto: news.sky.com)

Perancis – Kevin Strootman kini berada di Genoa, Italia, bermil-mil jauhnya dari kota pekerja Prancis, Marseille, yang sempat jadi tempat singgahnya selama dua tahun.

Kabarnya ia lega setelah kembali ke arena laga Serie A, dimana pernah pula sebelumnya ia turut bersinar bersama AS Roma. Barangkali Strootman akan lebih lega terhadap keputusan transfer itu setelah mendengar kabar terkini mantan klubnya atau, barangkali juga, ia sudah menangkap gelagat muram di dalam. 

Awal Februari ini terjadi prahara yang mewarnai perjalanan Olympique Marseille (OM). Sempat sukses di musim lalu, dan ikut berkompetisi sebagai wakil Prancis di Liga Champions 2020/21, meski lebih baik partisipasi mereka dibicarakan sampai sini saja, kini mereka didemo pendukung klub sendiri setelah bercerai dengan pelatihnya, Andre Villas-Boas. 

Baca juga: Laga ke-100 Neymar di PSG: Masih Tersisa Bensin di Tangki Esok Hari?

Bacaan Lainnya

Villas-Boas sendiri jadi saksi bagaimana para pendukung dapat seketika berubah menjadi teror bagi klub. Ketika ia dan para pemain tengah menyiapkan diri jelang laga lawan Rennes. Sekitar 50 ultras menerabas kamp latihan lalu memecahkan kaca jendela, menyalakan api, merusak fasilitas klub kesayangan mereka sendiri.

Berharap bisa membuka mediasi dan bicara baik-baik, sang pelatih keluar dengan menjinjing tas kerja hanya untuk mendapati dirinya dilempari botol air mineral.Sementara Alvaro Gonzalez, salah satu pemain senior OM, dihantam punggungnya kala coba hadang para pelabrak itu.

Pemain-pemain lain memilih tetap berada di kamar, tercekam suasana yang sama sekali jauh dari impian siapapun yang bercita-cita jadi pesepakbola. Dan massa di luar jelas telah membara melebihi batas nalar.

Baca juga:  Kolaps di Lapangan, Samuel Kalu Main Lagi Sebelum Menepi

Baca juga: Preview Chelsea vs Burnley: Pembuktian Thomas Tuchel

Demonstrasi keras itu memang lebih dari sekadar performa di lapangan hijau. Tiga kelompok Ultras dominan (The South Winners, The Fanatics dan La Vieille grade) ditambah beberapa kelompok pendukung OM, berjumlah kurang-lebih 300 orang, awalnya melancarkan aksi jalan ramai-ramai dari pusat kota ke markas klub. Tuntutannya ialah mundurnya presiden, Jacques-Henri Eyraud serta pemilik saham OM, Frank McCourt, Terutama Eyraud.

Seperti disuarakan oleh Rene Malleville, seorang tokoh Ultras yang dihormati, “Aku telah melewati 26 presiden klub dan kamu, Eyraud, adalah yang paling buruk dari semuanya. Kamu tak berhak memimpin klub.” Cadas.

Eyraud, yang asal Paris dan tak perlu dijelaskan bagaimana para Ultras fanatik memandang Ibukota dengan nyinyir, sama sekali tidak berusaha menunjukkan bahwa ia lebih dari sekadar pebisnis.

Baca juga: Kaleidoskop Januari 2021: 10 Berita Menarik Sepakbola

Pada sebuah kesempatan, ia menuturkan bahwa “PSG, Monaco, dan Lyon adalah rival tapi Netflix merupakan kompetitor, begitu pula Fortnite.” Atau komentarnya di bulan Desember lalu, “Ketika pertama kali kemari, 99% pekerja kami berasal dari Marseille. Itu menyimpan bahaya dan resiko perihal produktivitas, ketika klub kalah itu bakal berdampak lebih dalam, dan itu tidak bagus.” Tak ayal, para fans memandang bahwa Eyraud main-main dengan identitas OM itu sendiri.

Ini bukan sebuah justifikasi terhadap aksi supporter yang melewati pagar kewajaran, namun romansa OM dan pemain ke-12nya memang telah kental sedari dulu, sebelum Eyraud hadir sebagai presiden di 2016. Stadion Velodrome sudah menjadi mitos sebagai tempat keramat dengan kebisingan tanpa henti kala sang pemilik kandang berlaga. Terutama pada masa presiden Bernard Tapie di akhir 80 hingga awal 90, ketika mereka diberi kebebasan mengekspresikan diri dan didengar oleh manajemen.

Baca juga:  Botol Terbang dan Intervensi Penonton Tunda Marseille-Nice

Pasca kerusuhan awal bulan ini, 25 orang ultras terkait ditahan dan 14 lainnya diinterogasi. Eyraud masih kukuh mempertahankan kursi meski juga suarakan permohonan maaf atas komentar-komentar miring terhadap budaya OM pada hari Minggu (07/02/21).

Sebaliknya, tuntutan mundur tetap wara-wiri di lini masa media sosial beberapa ultras yang terluka harga dirinya. Keras bertemu keras, batu sama batu.

Dan hasilnya adalah kemandekan OM di papan tengah klasemen Ligue 1, kepergian Villas-Boas, kaburnya rencana transfer musim dingin, teka-teki kandidat juru taktik pengganti serta kebimbangan-kebimbangan lain. Semua itu mesti diusut satu per satu dengan berlandaskan ketegangan orang nomor 1 dan pemain ke-12 klub.

Rakaisa Langit
Facebook

***
Ingin menjadi penulis di AnalisBola.com, Silakan hubungi kami melalui email: analisbolacom@gmail.com

Anda suka menulis tentang sepakbola, kirim tulisanmu ke AnalisBola.com dan baca ketentuannya di SINI.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *