Legenda West Ham dan Lazio, Paolo Di Canio menanggapi kembalinya Cristiano Ronaldo ke Manchester dengan ragu, lepas dari bagaimana euforia pendukung Setan Merah serta respon bergairah pelatih dan teman setim pria Madeira.
“Ketika mendengar kabar transfernya, saya salah seorang yang berpikir ‘ia kembali ke tempat di mana semuanya berawal’. Bersama Sir Alex Ferguson, ia benar-benar menjadi lelaki dan pesepak bola.” Di Canio, 53 tahun, pada Podcast In The Box, La Gazzetta dello Sport, dikutip dari Football Italia.
“Namun, saya melihat hal-hal lain. Tentu ini kabar bagus untuk publikasi dan penjualan merchandise Ronaldo dan MU, walau mereka tak terlalu membutuhkan itu. Secara individu, Ronaldo masih mampu mencetak 30 gol semusim bersama Juventus, meski catatan pialanya mengering.”
Di Canio tak menampik jika semua elemen klub milik keluarga Glazer itu mengagumi penyerang Portugal. Ia datang ke tempat yang menganggap dirinya legenda, sejajar dengan George Best, Eric Cantona, dan David Beckham misalnya. Akan tetapi, Di Canio tak melihat bagaimana Ole Solskjaer memadukan Ronaldo dengan pemain-pemain yang ada saat ini.
“Solskjaer bilang ia akan memasangnya di tengah, tapi Ronaldo tidak mau bermain di situ bersama Juventus. Saya pribadi melihatnya sebagai sayap kiri, posisi yang sama dengan Jadon Sancho dan United baru membayar 85 juta euro untuknya. Lalu Rashford bakal kembali. Greenwood dan Martial juga.”
Baca Juga: Ronaldo Gagal Eksekusi Penalti Tapi Tetap Jadi Pahlawan Portugal
Ia Bukan Ronaldo yang Dulu Itu
Sebagai seorang pemain, Ronaldo menjalani transformasi seiring bertambahnya usia. Di periode United pertamanya, ia meneror lawan dengan kecepatan, trik-trik gocekan dan tembakan keras. Manchester jadi saksi bisu perubahan si pemuda ceking, berambut semiran ke pria kekar, berambut jambul, lalu klimis.
Memasuki kepala tiga, di Spanyol maupun Italia, Ronaldo memanfaatkan atribut atletiknya yang lain sebagai senjata utama: Lompatan. Dan kita jadi akrab dengan gol-gol akrobatiknya di mana ia seakan menggantung di udara sebelum menanduk bola atau lepaskan salto.
Masih hangat dua sundulan kepalanya kemarin ke gawang Republik Irlandia dalam Kualifikasi Piala Dunia, di Algarve – Portugal. Di tengah ketertinggalan, di 3 menit menuju laga usai, ia berhasil raih bola di antara pemain Irlandia yang penuhi kotak penalti sendiri. Tidak hanya sekali, tapi dua kali! Mungkin ada pula faktor kelelahan, fisik dan mental, di kesebelasan lawan, namun pria 36 tahun cukup gesit buat berikan respon tepat pada peluang yang datang.
Seperti Di Canio sampaikan, pertanyaan besar tidak ditujukan untuk Ronaldo sebagai individu. Ini adalah pertanyaan buat Ole dan staff pelatih buat memarkir kemilau talenta di ruang ganti Old Trafford dan tekanan besar yang berdatangan selanjutnya.
Rakaisa Langit
Facebook
***