Konfederasi Sepak Bola Amerika Utara, Amerika Tengah dan Karibia (CONCACAF) terbuka dalam sikapi wacana Piala Dunia dua tahun sekali. Dalam rilis statemennya, mereka pikir itu dapat mendorong keseimbangan iklim kompetisi secara luas.
CONCACAF menandai peluang untuk hadirkan pertandingan resmi dan tensi kompetitif yang lebih ketimbang hari ini. Dampaknya adalah opsi-opsi partai persahabatan yang tergerus. Namun sepanjang kalender internasional bisa berikan toleransi pada jeda waktu di sela liga-liga domestik serta mempertimbangkan jarak bepergian antar negara berikut rombongannya, mereka menyambut baik transformasi ini.
Baca Juga: Van Gaal Kembali Jadi Juru Mudi Der Oranje: “Memang Siapa Lagi?”
Kongres FIFA, payung sepak bola tingkat planet bumi, mulai menyebar-luaskan isu penyelenggaraan Piala Dunia dua tahunan bagi timnas laki-laki & perempuan. Sebelumnya Trofi Jules Rimet ini diperebutkan empat tahun sekali, diselangi kompetisi regional tiap benua, Piala Konfederasi dan laga persahabatan.
“Kami akan terus memantau perkembangan gagasan ini secara konstruktif, dengan pikiran terbuka dan spirit positif,” salah satu ungkapan CONCACAF dalam rilisan resminya, seperti dikutip dari Reuter.
“Fokus utama kami memang lingkup yang dinaungi CONCACAF. Namun, kami pun percaya akan betapa pentingnya menjadi bagian dari keluarga besar sepak bola dalam level global. Kami akan mendengarkan semua pandangan kolaboratif yang masuk dalam penyusunan kalendar FIFA terbaru dan kompetisinya, yang dapat mendorong perkembangan olahraga ini di seluruh dunia.”
Penjadwalan Ulang Kalender Internasional
Perubahan agenda Piala Dunia ini secara formal pertama kali diajukan Federasi sepak bola Arab Saudi pada kongres FIFA, Mei tahun ini. Di luar penolakan 24 lain, 166 negara – diwakili federasi masing-masing – setuju agar ide ini tempuh kajian kelaikan, yang diurus langsung oleh Kepala Pengembangan Sepak Bola Global FIFA, Arsene Wenger.
Lebih rinci lagi, Wenger kemudian menawarkan perubahan lain pada kalender internasional menyangkut waktu pelaksanaan kualifikasi. Ketimbang jeda-jeda kecil di September, Oktober, November dan Maret, ia menyarankan satu jeda saja untuk tuntaskan babak kualifikasi. Pria Perancis itu sodorkan bulan Oktober dalam hitungannya saat ini.
Ini akan buat para pemain lebih fokus, lebih jarang pulang-pergi bela negara. Arus kompetisi juga tak tersendat-sendat. Wenger memaparkan bila jadwal yang berlaku sekarang bikin resiko kelelahan meningkat sebab perjalanan jauh dari satu belahan dunia ke belahan lain untuk jalani 2-3 laga kualifikasi atau persahabatan.
Baca Juga: Federasi Bola Islandia Diguncang Skandal Pelecehan Seksual
CONMEBOL & UEFA Geleng Kepala
Dua federasi lain, CONMEBOL dan UEFA beri sinyalemen tak setuju akan tawaran ini. Dalam rilisannya, representasi dari Amerika Selatan tuturkan jika itu merupakan “beban yang mustahil” dengan pertimbangan waktu, logistik, masa persiapan para partisipan dan komitmen bersama.
Mereka menambahkan kemungkinan penurunan kualitas kompetisi itu sendiri, lebih-lebih derajat Piala Dunia yang telah dibangun puluhan tahun. Ironisnya, CONMEBOL sama sekali tidak melihat alasan kompetitif, atau yang berlatar belakang sepak bola, dari pengguntingan interval penyelenggaraan ini.
Sedang UEFA, diwakili sang Presiden Alexander Ceferin, menolak tegas konsep tersebut. Ia menilai kekuatan Piala Dunia terletak pada penyelenggaraan yang empat tahun sekali dan jeda penantian di antaranya.
Pun Ceferin melihat potensi bentrokan jadwal dengan agenda mayor lainnya, seperti Piala Dunia Wanita dan Olimpiade, akan melahirkan masalah baru. Sang Presiden bahkan lontarkan jika FIFA keukeuh dengan ini, negara-negara Eropa bakal laksanakan boikot, menarik partisipasi kontingen tersebut di dalamnya.
Rakaisa Langit
Facebook
***