Arsenal kembali jadi bulan-bulanan warga internet. Kekalahan dari Brentford dengan skor 2-0 menjadi pil pahit teranyar yang harus ditelan tim asuhan Mikel Arteta ini. Bagaimana tidak, Brentford yang notabene tim promosi terlihat lebih kuat, lebih siap, dan lebih baik dari Arsenal. Lagi-lagi, Gooners harus melalui akhir pekan yang suram.
Tiga tahun lalu, Arsene Wenger meninggalkan Arsenal sebab desakan deras dari para supporter klub asal London Utara itu. Pria Prancis dianggap sudah usang, baik dari segi visi maupun taktik, hingga tak mungkin lagi bisa membawa Arsenal menuju kejayaan. Hingga sekarang tahun 2021, Arsenal masih berada di tempat yang sama.
Kita masih saja bingung harus menempatkan Arsenal dimana. Apakah Arsenal tim yang berpotensi menjuarai liga? Atau tim papan tengah yang terus-terusan mengungkit sejarah untuk mendongkrak nilainya? Apakah Arsenal yang sekarang lebih baik dari Arsenal era Wenger?
Baca Juga: Sengatan si Lebah Brentford Kejutkan Arsenal
Arsenal Pasca-Wenger adalah Pencarian Tanpa Jawaban (sejauh ini)
Unai Emery ditunjuk menggantikan Wenger. Sesuatu yang sedari awal sudah menuai keraguan dari fans dan media Inggris. Walau punya riwayat mumpuni di klub-klub sebelumnya, Pengalaman tak mampu menyelamatkan pria asal Spanyol dari pemecatan. Emery meninggalkan Arsenal tanpa piala. Selain “Good Ebening”, praktis tak ada kenangan indah yang layak diingat.
Pencarian sosok pelatih melabuhkan Arsenal pada Mikel Arteta. Mantan Kapten Arsenal bahkan mampu mempersembahkan Piala FA di musim pertama. Sebuah pencapaian yang tidak pernah diraih siapapun sejak George Graham melakukannya 36 tahun yang lalu. Di perjalanan menuju final itu, Arsenal menggilas Manchester City dan Chelsea dengan memainkan sepakbola atraktif, andalkan umpan cepat dari kaki ke kaki. Pendukung Arsenal mulai menemukan secercah harap yang selama ini mereka cari.
Sinyal-sinyal kebangkitan di awal itu ternyata tak mampu dipenuhi. Bila Manchester City dan Chelsea masing-masing meraih trofi Liga Inggris dan Liga Champions musim lalu, Arsenal mengakhiri liga di posisi kedelapan. Untuk pertama kalinya dalam kurun waktu 25 tahun, Arsenal tidak ambil bagian di kompetisi Benua Biru. Wajah Arsenal kian tercoreng setelah mereka disingkirkan Villareal asuhan Unai Emery di babak semifinal Liga Eropa untuk kemudian memenangkan turnamen itu.
Bau Busuk Menahun di Lini Pertahanan
“Bagaimana kamu bisa menjelaskan Arsenal disana? Ya, ini memang Arsenal. Lemah, terbully, seperti Pria dewasa bermain dengan anak laki-laki. Musim yang baru dengan cerita lama.” komentar pundit Liga Primer Inggris sekaligus legenda Liverpool, Jamie Carragher.
Carra menggarisbawahi masalah di lini belakang yang masih belum terpecahkan. Meski telah menginvestasikan banyak uang dengan membeli pemain belakang, alih-alih meningkatkan kualitas Arsenal, mereka yang datang malah kesulitan. Ben White, rekrutan paling baru, membiarkan bola memantul di kotak penalti untuk kemudian disundul Christian Noorgard dan menambah keunggulan Brentford menjadi 2-0.
Tak perlulah kita bahas bagaimana karier Mustafi, David Luiz, Kolasinac, hingga Debuchy berakhir, Arsenal sudah tak punya bek mumpuni entah sejak kapan. William Saliba, bek tengah 20 tahun yang berpotensi menjadi pilar penting Arsenal di masa depan malah dipinjamkan ke Marseille, tanpa sekalipun ia pernah bermain di Emirates.
Baca Juga: Liga Primer Bergulir, Siapa Juara Berikutnya?
Masalah kambuhan ini diperparah dengan lini serang yang tumpul. Aubameyang dan Lacazette berturut-turut menempati peringkat dua dan empat transfer paling mahal sepanjang sejarah klub. Keduanya berusia lebih dari 30 tahun, keduanya sedang dalam performa buruk dan keduanya absen di pertandingan Brentford karena alasan sakit.
Kembali ke pertanyaan Carra tadi, bagaimana kamu menjelaskan Arsenal?
Arsene Wenger adalah nahkoda yang membawa perubahan. Ia datang dan memodernisasi Arsenal. Wenger memegang penuh kendali mulai dari mendesain ruang ganti, hingga memilih jenis rumput apa yang layak ditanam di kamp latihan. Kini, sepakbola berkembang dan kekuasaan absolut untuk seorang pelatih tidak lagi ada. Tanggung jawab institusi dibagi merata. Seperti United yang perlu waktu menyeimbangkan laju, Arsenal pun begitu. Arsenal selalu butuh waktu.
Satrio Anugrah
“Menulis sesekali, membaca setiap hari“
***