Juventus harus puas meraih satu poin di kandang sendiri setelah bermain imbang melawan Salernitana dengan skor 2-2 di Juventus Stadium pada pertandingan pekan ke-6 Serie A, Senin (12/9/2022).
Sempat tertinggal 0-2 dari tim tamu, Juventus berhasil terhindar dari kekalahan berkat gol Gleison Bremer di menit ke-51 dan gol Leo Bonucci yang memanfaatkan bola rebound tendangan penalti di menit ke-90+3.
Juventus harus menerima tiga kartu merah pada menit terakhir pertandingan dimana Juan Cuadrado, Arkadiusz Milik, hingga sang pelatih yaitu Massimiliano Allegri harus diusir dari lapangan hijau.
Insiden tersebut terjadi setelah wasit menganulir gol Arkadiusz Milik melalui situasi sepak pojok di menit ke-90+6 yang harusnya menjadi penentu kemenangan untuk Juventus.
Namun, wasit memutuskan untuk menjadikan gol tersebut tidak sah karena Milik berada dalam posisi offside setelah melalui pengecekan dengan VAR. Alhasil, ketegangan segera terjadi di akhir pertandingan.
Hasil imbang tersebut semakin memperparah krisis Juventus di musim ini. Hingga pekan ke-6, Juventus baru meraih dua kemenangan dan empat hasil imbang yang membuat mereka harus terperosok ke peringkat 8 klasemen sementara dengan perolehan 10 poin.
Beberapa hari sebelumnya, Juventus juga tumbang di markas PSG dengan skor 1-2 pada pertandingan pertama liga Champions musim ini.
Beruntung, Juventus belum mengalami kekalahan dari enam pertandingan Serie A yang sudah dijalani.
Sorotan segera mengarah kepada Massimiliano Allegri. Ratusan ribu fans Juventus di seluruh dunia segera menyuarakan tagar #AllegriOut di berbagai media sosial sebagai bentuk kekecewaan mereka kepada sang pelatih.
Tagar dan gerakan #AllegriOut tersebut sebenarnya sudah terjadi sejak musim lalu ketika Juventus untuk pertama kalinya mengakhiri musim tanpa gelar satupun sejak 2010/11. Selain itu, Si Nyonya Tua juga harus finish di peringkat ke-4.
Musim ini, situasi krisis tersebut terus berlanjut kendati Allegri telah mendatangkan deretan pemain baru seperti Angel Di Maria, Paul Pogba, Gleison Bremer, Filip Kostic, Arkadiusz Milik, dan Leandro Paredes.
Jika musim lalu, Allegri bisa menggunakan hengkangnya Ronaldo sebagai alasan dari penyebab buruknya performa Juventus, maka alasan apa yang akan digunakan Allegri di musim ini?
Keputusanya untuk vakum dari dunia kepelatihan setelah musim 2018/19 tampaknya menjadi awal dari hilangnya identitas Allegri.
Hasilnya, ketika memutuskan kembali melatih Juventus di musim 2021/22 untuk menggantikan Pirlo yang dipecat, Allegri seperti kehilangan daya magisnya sebagai juru taktik.
Entah karena efek vakum atau yang lainya, Allegri seperti tidak lagi memiliki kemampuan untuk meracik taktik dan gaya permainan yang bisa membawa prestasi untuk Juventus. Akibatnya, klub tersebut tampil buruk hingga saat ini kendati sudah melakukan banyak aktivitas transfer.
Padahal, Allegri berhasil membawa Juventus meraih lima trofi Serie A secara beruntun dari tahun 2015 hingga 2019. Selain itu, Juventus juga dua kali lolos ke final liga Champions di tahun 2015 dan 2017.
Penerapan taktik Allegri yang cukup kolot dan cenderung “terjebak zona nyaman” sepertinya menjadi faktor mengapa Juventus tidak bisa berkembang hingga saat ini.
Mantan pelatih AC Milan tersebut tampaknya tidak bisa menyesuaikan diri dengan perubahan dan perkembangan klub-klub Serie A lainya yang kini “mereformasi” sistem dan taktik sepakbola mereka.
Contohnya adalah Inter Milan dibawah kepelatihan Simone Inzaghi, AC Milan dibawah kepelatihan Stefano Pioli ataupun Napoli dibawah kepelatihan Luciano Spalletti menjadi bukti bagaimana mereka bisa membawa perubahan besar pada gaya dan konsep sepakbola yang berhasil membawa kemajuan untuk klub mereka.
Padahal keempat tim tersebut sempat terpuruk sekitar lima hingga sepuluh tahun yang lalu dimana Juventus sedang dalam masa kejayaanya di Serie A.
Sayangnya, kini situasi terbalik karena klub-klub tersebut kini berhasil merusak dominasi Juventus dan bahkan bisa membawa Si Nyonya Tua kembali ke titik terendah.
Christopher
Pemerhati & Penganalisis Taktik serta Filosofi Sepakbola